Berpikir Strategis “Palsu”, 7 Kesalahan yang Jarang Disadari |#89
7 Aktivitas yang kita kira berpikir strategis, padahal bukan
Banyak orang berpikir sudah berpikir strategis, padahal belum benar-benar melakukannya.
Gue pun sering mengalaminya. Gue pikir sudah berpikir strategis, ternyata belum dan masih keliru.
Bahkan sampai sekarang gue pun masih terus belajar untuk menerapkan berpikir strategis yang benar.
Penyebabnya bisa jadi karena kita belum paham definisi "berpikir strategis" atau tidak tau gimana cara menerapkannya di pekerjaan.
Salah satu yang pernah gue temuin, ada manager yang antusias dan bikin target untuk jadi market leader dalam 5 tahun ke depan.
Setelah menyampaikan target itu, gak ada gerak apa-apa.
Gak ada breakdown strategi, meeting untuk merumuskan langkah konkretnya, dan anggota tim ngerjain tugas harian seperti biasa tanpa intensi mencapai target tersebut.
Nah makanya di episode ini gue mau bahas
7 Aktivitas yang bukan berpikir strategis
Aktivitas berpikir strategis yang tepat
Definisi berpikir strategis
Yuk kita bahas satu per satu
1. Cuma fokus bikin target, gak mikirin caranya
Gak sedikit manager yang mengira berpikir strategis itu yang penting bisa menetapkan targetnya apa.
Kalo ditanya, "Terus gimana langkah-langkahnya menuju ke sana?"
Diam seribu bahasa. Clueless. Pada akhirnya gak ada perubahan pada tugas-tugas harian untuk mencapai target.
Berpikir strategis itu gak hanya menetapkan target yang dicapai, tetapi juga menentukan milestone atau jalan untuk mencapai target.
2. Ngikutin tren, tapi gak paham manfaatnya apa
Lagi ramai pake AI, ikut-ikutan.
Lagi tren kerja WFH, ikut-ikutan.
Lagi banyak konten bahas politik, ikut-ikutan.
Masalahnya, apakah tren itu kamu dan organisasi butuhkan? Apakah tren itu cocok dengan audience atau klienmu?
Berpikir strategis itu gak asal beradaptasi dengan tren, tetapi hanya beradaptasi dengan tren yang menguntungkan dan sesuai kebutuhan.
3. Reaktif > responsif
Ada masalah apapun selalu bernafsu untuk menyelesaikannya. Semua masalah harus diatasi sesegera mungkin.
Padahal belum menanyakan:
Apakah masalah ini berdampak signifikan terhadap organisasi?
Karena ada masalah yang gak prioritas, yang ketika diselesaikan justru membuat kita mengalihkan fokus dari hal yang penting.
Apakah ini masalah utama atau cuma gejala masalah?
Kalo kita fokus menyelesaikan gejala masalah, tapi gak menyentuh akar masalah ya percuma saja. Masalah yang sama akan terulang kembali.
Apakah kalo didiamkan, masalah ini makin besar atau bisa terselesaikan sendiri?
Terkadang ada masalah-masalah yang bisa selesai sendiri seiring berjalannya waktu. Jadi pastikan kita jeli melihat potensi dampaknya, sabar, dan meluangkan waktu untuk berpikir jernih.
4. Cuma fokus taktik, ga paham gambaran besarnya
Sibuk sama gimana tugas harian dan KPI operasional tercapai, tapi gak mengevaluasi apakah pekerjaan yang dilakukan sudah sejalan sama target besarnya.
Berpikir strategis itu gak hanya memikirkan langkah-langkah konkret tetapi juga paham gambaran besarnya dan bisa mengevaluasi sistem secara berkala biar mengarah ke target.
5. Cuma pakai intuisi, gak pakai data
"Feelingku cara ini akan berhasil"
"Kayanya sih strategi ini yang akan berhasil"
STOP mengandalkan intuisi dan feeling. Kumpulkan data, diskusi sama stakeholder terkait, dan analisis dengan terstruktur.
Buat gue, intuisi hanya cocok dipakai oleh orang-orang yang udah berpengalaman puluhan tahun, sehingga mereka paham dengan pola-pola yang mungkin orang awam tidak lihat.
Berpikir strategis itu sangat mengandalkan data.
6. Berpikir terlalu sederhana
"Kalo budget kurang, ya tambahin dananya"
"Kalo SDM gak punya skill, ya di training"
"Kalo penjualan menurun, tambah budget marketing"
Kelihatannya masuk akal, tapi bisa jadi gak solutif. Mungkin aja masalah itu gak perlu diatasi, hanya gejala bukan akar masalah, atau perlu melakukan perubahan di aspek lain, sehingga otomatis masalahnya akan menghilang.
Berpikir strategis itu gak cuma mengandalkan berpikir rasional, tetapi juga perlu jeli dan detail melihat masalah dan mencari solusi yang paling efektif dan efisien.
7. Gak mau mengambil risiko
Cari aman terus sehingga gak berani mengambil risiko sama sekali.
Udah banyak contoh-contoh bisnis dan perusahaan yang gagal karena takut mengambil risiko. Akhirnya berdiam di zona nyaman, stuck bahkan bangkrut.
Berpikir strategis itu gak cuma meminimalisir risiko, tetapi berani mengambil peluang dan mengantisipasi risikonya.
Dari kesalahan-kesalahan ini, jadi apa itu berpikir strategis?
Berpikir strategis adalah kemampuan berpikir sistematis untuk membuat perbedaan bermakna berdasarkan pemahaman situasi secara utuh.
Gue bahas lebih detail mengenai definisi, manfaat dan langkah-langkah menerapkan berpikir strategis di buku gue. Rencananya akan di-launching tahun ini. Stay tune ya, informasi selanjutnya akan gue update di media sosial gue.
Semoga episode kali ini bisa menjadi bahan refleksi buat kita dan bisa menghindari kesalahan-kesalahan ini di masa depan.
Best of luck!
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week
LinkedIn - 3 Ciri-ciri Karyawan yang Kariernya Bakal Terus Naik
Tanda karyawan yang punya potensi besar adalah mereka yang punya learning agility. Mereka punya kesadaran diri, motivasi dan mengambil aksi untuk jadi versi diri yang lebih baik. Gue bahas 3 ciri-ciri spesifik di post ini.
X - GIVEAWAY ALERT - EBOOK GRATIS
Mau jago berpikir strategis? Gue punya ebook gratis buat lo. Awalnya mau gue jual 50 ribu, tapi gue kasi gratis aja. Check di post ini cara dapetinnya gimana.
Threads - 9 Taktik yang Bakal Bikin Lo Top 10% Komunikator
Kalo ngomongin skill komunikasi, banyak orang cuma fokus gimana caranya komunikasi yang jelas. Padahal itu aja ga cukup, dibalik skill komunikasi yang keren, ada skill-skill pendukung yang gak kalah pentingnya tapi sering diabaikan.
Instagram - Siapa yang lagi ga happy sama kerjaannya?
Resign bukan satu-satunya solusi kalo lagi gak happy sama kerjaan. Penting banget untuk cari tau dulu, apa yang sebenernya bikin kita ga happy. Ketika lagi gak happy di kerjaan, apa yang biasanya lo lakukan? Komen di post ini ya.