Halo teman-teman!
Bulan ini, gue berulang tahun yang ke-33. Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun gue punya kebiasaan untuk melakukan refleksi tentang apa yang terjadi satu tahun ke belakang dan juga merenungkan rencana gue ke depan.
Gue share ya refleksi dan pembelajaran yang gue dapatkan.
Tapi sebelum itu gue mau kasih tau lo sesuatu.
Buat lo yang pengen jago handle project, jangan terburu-buru eksekusi tanpa paham teorinya. Sebaiknya pelajari dulu teori fundamentalnya biar pekerjaan lo lebih tersistem dan efektif.
Belajar Manage Project Pakai Teori Bukan Coba-coba: SOLID Project Management System
Pernah ga pusing sendiri ketika ngerjain project gara-gara teori yang rumit dan terlalu kompleks? Gue paham banget, makanya gue punya kabar baik: SOLID Project Management System.
Ini adalah kelas online rekaman komprehensif selama 7 yang ga cuma ngasi teori, tapi benar-benar practical dan gampang lo terapin ke kerjaan sehari-hari.
Apa yang bikin kelas ini beda? Selain materinya yang udah teruji, lo bakal belajar langsung dari gue yang udah manage berbagai project. Di sini lo ga cuma dapet how-to, tapi juga template yang siap pakai, case studies, dan exercise yang bikin lo lebih pede dalam nge-handle project.
Kalo lo ngikutin exercise nya satu per satu, gue yakin lo bakal lebih cepat jago dibanding 95% orang yang cuma ngandelin intuisi buat ngerjain project.
Penasaran? Langsung aja join dan cek detail programnya di sini!
Oke sekarang kita lanjut ke birthday reflection gue ya
Pekerjaan: The Roller Coaster Journey
Satu tahun terakhir itu memberikan banyak warna di dalam pekerjaan gue sebagai seorang entrepreneur. Perjalanan gue cukup naik turun. Ada momen di mana gue kehilangan klien yang sudah cukup lama bekerja sama, dan juga periode di mana gue gak dapet order sama sekali. Salah satunya adalah ketika gue belum bisa memulai praktik gue di Singapura karena gue belum punya PT di sana.
Di titik itu, sempat muncul keinginan untuk berhenti, apalagi ketika gue dapet tawaran kerja dengan gaji tinggi di sebuah organisasi yang culture-nya gue tahu sangat bagus.
Namun, di saat yang berat itu, gue memutuskan untuk merenung dan mempertanyakan lagi,
Apa sih yang sebenarnya bikin gue mulai usaha ini?
Apakah sudah waktunya berhenti dan kembali ke dunia korporat?
Dari hasil refleksi itu, gue sadar masih banyak hal yang gue pengen kerjakan—gue masih mau nulis buku, ngejalanin coaching, growing the business, dan bangun komunitas.
Jadi, walaupun berat, gue memutuskan untuk lanjut. Toh secara finansial, tabungan gue masih ada, dan istri gue punya pekerjaan tetap, jadi gue gak harus buru-buru cari kerjaan yang lebih stabil.
Yang mengejutkan, bisnis gue akhirnya tumbuh lebih baik dari yang gue duga. Kalau gue melihat ke belakang, gue gak nyangka income dari bisnis gue bisa lebih besar dibandingkan gaji yang gue dapat kalau gue mengambil tawaran kerja tersebut.
Lesson: Jangan mengambil keputusan besar ketika kita sedang dalam kondisi emosional. Lihatlah jangka panjang, bukan hanya bulan ke bulan.
Selain bisnis utama, gue juga melakukan beberapa eksperimen, seperti jualan kos, pet promotion, dan bangun audience di sosial media. Dari sini, gue belajar banyak, terutama soal fokus. Ketika gue mencoba melakukan terlalu banyak hal, gue malah gak menikmatinya, karena proses belajar yang memakan waktu dan energi.
Sekarang gue mempertanyakan lagi:
Apakah gue mau jadi konten kreator dengan ratusan ribu follower atau lebih fokus ke bisnis profesional?
Di era di mana godaan untuk mencoba berbagai hal sangat besar, gue akan lebih selektif dalam memilih peluang dan lebih intentional dalam mengambil langkah ke depan.
Lesson: Gue mau fokus ke hal-hal yang beneran penting dan sejalan dengan visi gue, bukan hanya sekadar mengejar popularitas atau uang.
Relationship: Building cohesive inner circles
Gue dan istri sedang menantikan anak pertama kami, yang rencananya akan lahir di bulan November. Ini adalah anugerah besar karena kami memang berencana punya anak di tahun ini, tapi tidak menyangka akan datang secepat ini.
Sebagai calon bapak, ada banyak perasaan campur aduk. Di satu sisi, gue merasa ini adalah kesempatan yang tepat, karena gue sudah cukup dewasa dan siap secara mental dan finansial. Tapi ada juga kekhawatiran soal bagaimana membagi waktu antara membangun bisnis dan menjadi orang tua.
Gue memutuskan untuk tidak takut, karena gue percaya Tuhan sudah menunjukkan jalan. Gue juga merasa didukung oleh sistem yang kuat—istri gue sangat suportif, orang tua dan mertua selalu siap menolong, dan gue punya tim yang bisa diandalkan.
Lesson: Menjalani peran baru sebagai ayah tidak berarti gue harus mengorbankan semua aspek lain, tapi ini adalah peluang untuk belajar mengelola hidup dan bisnis dengan nilai-nilai yang gue pegang.
Di luar keluarga, gue sangat bersyukur punya teman-teman yang bisa diandalkan. Di umur 30-an, pertemanan rasanya beda dibandingin waktu umur 20-an. Dulu kita cenderung kemana-mana bareng-bareng, baik itu buat kerja atau sekadar hangout.
Di usia ini, pertemanan yang oke adalah ketika lo nggak segan-segan buat minta tolong satu sama lain tanpa basa-basi. Ke depannya, gue pengen spend time lebih banyak buat bangun hubungan yang lebih erat dengan orang-orang di sekitar gue yang punya visi dan value yang sama.
Lesson: Membangun pertemanan di umur 30-an membutuhkan usaha yang intensional namun akan bermanfaat dalam jangka panjang
Kesehatan: Harmonizing Body and Soul
Secara fisik, gue merasa berada di titik paling sehat dalam hidup. Berat badan gue cukup ideal, otot meningkat, tidur lebih baik, dan nutrisi gue terjaga. Gue juga semakin bisa menahan godaan untuk mengonsumsi alkohol atau makanan yang kurang bergizi.
Masih banyak hal yang gue belum ketahui dan gue coba terkait dengan kesehatan. Gue akan mendalami ilmu ini melalui buku buku yang gue udah beli. Dari situ gue akan melakukan experiment yang bisa meningkatkan kesehatan gue.
Lesson: Selalu ada jalan untuk menjadi lebih sehat. Start from where you are. Gue juga jadi sadar kalau journey menuju kesehatan yang optimal itu bukan cuma soal mencapai kondisi fisik yang ideal, tetapi juga perlu terus belajar dan beradaptasi.
Mental, di sisi lain, masih naik turun. Ada hari-hari di mana gue merasa sangat stres karena ada hal-hal yang gak bisa gue kontrol di dalam pekerjaan. Gue belajar untuk lebih bisa let go dan mempercayakan hal-hal di luar kendali kepada Tuhan.
Gue juga ingin lebih fokus dalam menjalani hidup tanpa terlalu terganggu oleh distraksi, terutama dari media sosial.
Lesson: Gue mau belajar menikmati momen, bahkan kebosanan, tanpa harus selalu melarikan diri ke distraksi. Dan gue sadar kedamaian itu datang ketika kita bisa melepaskan apa yang ga bisa dikontrol.
Goal: Peaceful Life
Di umur ke-33 ini, gue berharap bisa semakin bijak dalam mengambil keputusan.
Gak semua keputusan akan benar atau sempurna, tapi gue mau belajar menerima diri gue apa adanya—dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Gue juga berharap bisa hidup dengan perasaan damai, knowing that I’ve done the best I could in every situation.
Now it’s your turn! Luangkan 30-60 menit untuk membuat refleksi dan mencatat pencapaian lo tahun lalu. Share hasil refleksi lo di media sosial dan tag akun gue vicarioreinaldo. Let's grow together!
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhan lo
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week
LinkedIn - 8 Pertanyaan dan rumus jawaban interview
Kunci lolos interview itu adalah persiapan. Sayangnya ga semua orang mempersiapkan diri dengan matang. Di post ini gue share 8 pertanyaan dan rumus singkat jawaban interview.
1 dari 3 orang pernah mengalami imposter syndrome. Jadi wajar banget kalo lo pernah merasakan hal ini. Buat yang belum tau, imposter syndrome itu perasaan ga layak meski sebenernya kita mampu.
Instagram - Ketika sering merasa ga cukup baik
Kita sering merasa ga cukup uang, ga cukup pintar, dan ga cukup waktu. Solusi dari negatif thinking bukan positif thinking, melainkan critical thinking. Gimana caranya?
Tiktok - Man in the Car Paradox
Kita mengira dengan flexing mobil bagus, barang maha,l, rumah gede maka orang akan kagum. Padahal ada fenomena yang namanya “Man in the Car Paradox”.