Buku yang Mengubah Cara Gue Menghabiskan Uang |#85
Cara menikmati dan memenuhi kebutuhan hidup sampai meninggal
Tiap kali ngomongin cara mengelola uang, gue sering melihat ada dua kubu yang saling bertolak belakang.
Pertama, ada kubu yang hidup hemat semaksimal mungkin. Gaya hidupnya irit, ngejar promo hemat, jarang jajan atau jalan-jalan di luar rencana.
Kedua, kubu YOLO, you only live once. Pokoknya gimana cara menikmati hidup sepuasnya. Makan tiap hari di kafe mahal, liburan impulsif, bahkan sampai berhutang.
Jadi gue penasaran, gimana sih cara terbaik mengelola uang?
Di mana kita tetap bisa menikmati hidup tetapi juga finansial stabil.
Terus gue baca buku Die with Zero karya Bill Perkins yang akhirnya mengubah cara gue menghabiskan uang.
Dan buku ini menjawab rasa penasaran gue tentang gimana kita tetap bisa menikmati hidup sembari menjaga finansial tetap cukup sampai kita meninggal.
Di newsletter ini gue bahas
Kenapa warisan terbaik diberikan saat kita belum meninggal?
Pengeluaran yang untungnya jangka panjang
Meninggal menyisakan 0 rupiah
Die with Zero
Inti gagasan dari buku ini adalah gimana caranya menggunakan uang secara strategis.
Di mana kita bisa mengelola dan menikmati kekayaan dengan optimal, sehingga ketika meninggal udah gak ada harta yang tersisa.
Menurut gue ini filosofi yang sangat radikal, karena kebanyakan orang justru berpikir ingin meninggal dengan duit yang banyak. Sehingga anak-anak bahkan sampai keturunan-keturunannya hidup tercukupi.
Terus kalo kita menghabiskan harta sebelum meninggal, masa anak-anak gak dikasi warisan sedikit pun?
Tenang aja, di sini bakal gue bahas insight berharga yang gue dapat dari sini
3 Insight dari Buku Die With Zero
1. Warisan terbaik untuk anak
Buku ini bukan anti warisan, tapi dia anti untuk memberikan warisan ketika diambil dari sisa harta kita setelah meninggal.
Bill berpendapat, warisan untuk anak-anak sebaiknya diberikan ketika kita masih hidup. Tepatnya ketika anak-anak masih muda dan produktivitasnya tinggi.
Kenapa cara ini bagus?
Anak-anak bisa mengoptimalkan uang warisan dengan sebaik mungkin.
Mereka udah tau dapat uang berapa, punya pengetahuan finansial yang cukup, dan waktu serta tenaga untuk menggunakannya.
Misalnya, bisa dipakai untuk KPR rumah, membangun bisnis, traveling, menyekolahkan anak-anaknya, retire lebih awal, charity dls.
Sementara itu di Amerika, mayoritas orang mendapat warisan di umur 60 tahun.
Masalahnya di umur segitu, kemampuan kita untuk menghabiskan uang dalam jumlah besar dan cara yang meaningful itu udah terbatas.
KPR rumah udah lunas, pendidikan anak mungkin udah hampir selesai, mau liburan pun udah sangat terbatas karena fisiknya gak sekuat ketika muda.
Jadi timing itu matters terhadap seberapa besar value atau manfaat dari warisan.
2. Meninggal tanpa menyisakan harta
Banyak orang bekerja lebih panjang daripada yang seharusnya. Ngoyo, dari pagi sampai malam selama bertahun-tahun sampai pensiun, nabung gila-gilaan sampai tidak pernah menikmati hidup.
Ketika meninggal menyisakan banyak harta yang kita sendiri gak bisa nikmatin.
Kalo menurut buku ini, realitas itu kayak kita bekerja for free. Bekerja tapi gak dibayar. Kenapa?
Lo bekerja tetapi duitnya gak bisa lo manfaatin, gak lo pakai, dan gak berguna buat hidup lo.
Jadi buku ini mengajarkan kita untuk menggunakan uang semaksimal mungkin untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat ketika kita masih hidup.
3. Pengeluaran yang untungnya jangka panjang
Lalu gimana cara terbaik untuk memanfaatkan uang kita?
Membelanjakan uang untuk pengalaman. Kenapa?
Pengalaman itu menghasilkan memori, dan memori bisa memberikan return of investment yang lebih besar.
Konsep ini dinamakan dengan dividen memori. Di mana tiap kali kita menciptakan pengalaman, kita juga membuat kenangan.
Makin awal pengalaman dibuat, makin lama kita bisa menikmati kenangannya.
Sebagai contoh, tahun lalu gue datang ke konsernya Coldplay, Bruno Mars dan Taylor Swift. Biarpun mahal, pengalaman ini sangat worth it buat gue.
Saat itu gue nonton konser Taylor Swift bareng istri gue. Dan sampai hari ini ketika gue dengerin lagunya, gue ngerasa balik lagi ke kenangan itu dan momen ini bikin gue happy lagi.
Gak hanya hari ini, kenangan dan kebahagiaan yang gue rasakan dari pengalaman itu bisa gue terus gue nikmati sampai tua.
Setelah baca buku ini, gue tertarik banget untuk menerapkannya di kehidupan gue.
Mungkin gak semua prinsip di buku ini cocok sama value lo, tetapi lo tetap bisa ambil dan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan konteks hidup lo.
Semoga bermanfaat!
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week
LinkedIn - Berapa lama waktu ideal untuk stay di pekerjaan?
Kalo ngomongin berapa lama, mungkin akan banyak orang yang menganggap ga ada batasan pasti. Lagi-lagi semua tergantung sama preferensi, kebutuhan dan situasi setiap orang. Tapi di konten ini gue coba bahas dari sisi hasil risetnya.
X - 5 Kebiasaan sederhana kalo karier mau sukses
Kita seringkali fokus pada usaha-usaha yang terlalu kompleks dan berat untuk sukses. Kaya jabatannya harus tinggi, kerja di perusahaan keren, berjejaring sama orang-orang penting. Itu bisa jadi benar, tapi kalo susah kamu bisa mulai dari kebiasaan yang paling gampang dulu.
Instagram - 3 Kunci work-life balance tanpa healing mahal
Gak harus healing mahal atau liburan setiap bulan kalau mau mencapai work-life balance. Kita bisa mulai dari fokus memenuhi 3 hal ini tanpa perlu keluar uang sedikit pun.
Tiktok - Perspektif baru yang mengubah pandangan gue tentang karier
“Karier itu harus selalu naik, kalo jabatan lo turun berarti karier lo gagal” Pernah denger gak kata-kata begini, kalo kamu juga punya keyakinan yang sama, mungkin udah saatnya memikirkan ulang pandangan itu.