Banyak orang takut gagal. Gue pun kadang ngerasain hal yang sama.
Tapi yang lebih sulit adalah gak semua orang bisa bedain mana kegagalan yang bikin kita naik level, dan mana kegagalan yang justru nyeret kita ke masalah sama terus-terusan.
Dari ngobrol, mentoring, sampai sesi evaluasi, gue sering nemuin dua tipe respons terhadap kegagalan.
Yang pertama, percaya kalau gagal itu bagian wajib dari perjalanan menuju sukses. Kalau gak gagal, berarti kita gak lagi bertumbuh.
Yang kedua, ngelihat kegagalan sebagai tanda untuk berhenti. Kayak lampu merah yang dianggap tanda untuk berhenti.
Keduanya ada benarnya. Tapi kalau pola pikir kita soal gagal terlalu kaku, kita bisa salah baca situasi dan fatalnya salah ambil langkah.
Makanya, penting untuk tau gak semua kegagalan itu sama.
James Clear membaginya jadi tiga level dan masing-masing level kegagalan butuh respons yang beda.
Di newsletter ini gue bahas:
Kegagalan bodoh vs kegagalan produktif
3 Level kegagalan dari James Clear
Cara terbaik menyikapi kegagalan
Yuk kita bahas satu satu
Kegagalan Bodoh vs Kegagalan Produktif
Kegagalan itu bukan musuh, musuh kita adalah kegagalan sama yang diulang-ulang.
Kegagalan Bodoh
Udah tau salah, tapi masih aja dilakuin
Kegagalan bodoh itu kalo kita mengulangi kesalahan sama berkali-kali, padahal itu bisa diprediksi dan dicegah sejak awal.
Biasanya kegagalan ini karena kita kurang hati-hati, melupakan pengalaman sebelumnya, reaktif dalam pengambilan keputusan. Penyebabnya karena kita gak belajar dari masa lalu.
Kegagalan bodoh itu bukan proses belajar, tapi bukti kurangnya refleksi.
Kegagalan Produktif
Kita gagal dan melakukan kesalahan, tapi setelah itu memperbaiki diri.
Kegagalan produktif itu muncul ketika kita sedang proses eksplorasi, eksperimen dan inovasi.
Gagal yang terjadi bukan karena kelalaian, tapi dari proses berani mencoba pendekatan baru dan mengambil risiko yang terukur. Dan tipe gagal ini selalu mengajarkan kita sesuatu. Entah itu informasi baru, pemahaman lebih dalam atau ide perbaikan.
Kegagalan produktif itu kegagalan yang kita butuhkan dan ada nilainya.
Lalu gimana biar kita tidak terjebak di kegagalan bodoh?
3 Level Kegagalan
Ada pendekatan menarik yang gue tau dari James Clear yaitu 3 Level Kegagalan.
1. Kegagalan Taktik (HOW)
Kegagalan ini terjadi ketika kita gagal membangun sistem yang kuat, ga memperhatikan detail, dan gagal mengantisipasi risiko.
Ciri ciri:
Eksekusi berantakan. Bisa karena urutannya keliru, proses terlalu cepat atau lambat, gak konsisten.
Rencana kurang matang dan ga adaptif dengan perubahan.
Kurang disiplin, gak fokus, dan komunikasi dengan tim berantakan.
Solusi:
Refleksi eksekusi dengan detail. Mulai dari apa aja yang dilakukan, kapan dan gimana caranya.
Minta feedback dari rekan kerja, mentor, manager atau tools yang bisa ngasi data real-time
Latih konsistensi dan disiplin biar hasil eksekusinya bagus.
2. Kegagalan Strategi (WHAT)
Kegagalan ketika kita keliru memilih strategi sehingga gak mencapai hasil yang diinginkan.
Kita tau kita ingin mencapai tujuan tertentu, tetapi salah memiih cara atau jalannya.
Ciri ciri:
Udah usaha keras tapi kok gak ada hasil signifikan
Sering mengandalkan strategi lama, padahal udah gak relevan di masa sekarang
Banyak variabel-variabel baru yang luput dipertimbangkan
Solusi:
Evaluasi strategi secara berkala. Apa yang berhasil dan apa yang gak? Mana yang mau dipertahankan dan diganti?
Cek kesesuaian strategi dengan tujuan yang udah ditetapkan
Coba benchmark orang lain yang udah berhasil menyelesaikan masalah yang sama
3. Kegagalan Visi (WHY)
Kesalahan ini terjadi ketika kita gak punya arah yang jelas. Mungkin udah punya strategi dan gambaran sistemnya gimana, tapi ga tau alasan dibalik memilih hal tersebut.
Ciri ciri:
Sibuk dan banyak yang dikerjain, tapi merasa gak bermakna
Gampang demotivasi apalagi ketika situasi makin sulit
Gak punya tujuan sendiri, cuma meniru dan mengikuti ekspektasi orang lain
Solusi:
Cari tahu visi dan value lo. Tentukan hal-hal yang ga bisa ditawar dalam hidup lo
Fokus sama visi dan value lo untuk menentukan strategi yang tepat
Ngobrol sama mentor atau manager kalo butuh masukan dalam membuat visi dan menentukan value
Dengan tau 3 level kegagalan ini, kita jadi lebih spesifik tentang apa yang perlu diubah.
Apakah taktik, strategi atau visinya?
Cara taunya adalah dengan mengevaluasi 3 variabel satu per satu.
Kekurangan dari framework ini hanya fokus ke hal-hal di dalam diri.
Padahal kegagalan bisa terjadi karena variabel eksternal yang ga bisa kita kontrol.
Misalnya perubahan ekonomi, lingkungan sekitar, organisasi, dls
Meski begitu, framework ini bisa bantu kita untuk:
Mengevaluasi hal-hal yang bisa dikontrol
Mengidentifikasi sumber masalah yang spesifik
Mengambil solusi yang relevan dan menghindari kegagalan yang sama
Recap
Ada 3 level kegagalan
Kegagalan Taktik
Kegagalan Strategi
Kegagalan Visi
Share ke temen lo yang butuh newsletter ini!
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week!
LinkedIn - Jadi leader gak harus jadi yang paling jago
Selama berkarir, gue melihat manager itu punya “tuntutan” yang luar biasa. Gak heran ada sebagian orang yang menolak promosi atau jadi manager, karena posisi tersebut memang ga semudah yang dibayangkan.
X - STOP bangun habit dengan aturan kaku
Seringkali orang yang mau membangun habit baru memulai dengan aturan kaya gini "Olahraga 30 menit per hari". Bagi sebagian mungkin ampuh, tetapi ga bikin habit awet jangka panjang. Coba cara ini.
Instagram - Awal 2025 gue burnout
Gue sempat berada di fase kerja kaya robot. Kurang eksplorasi. Sampai akhirnya gue sadar, gue butuh variasi. Dan ini eksperimen yang gue coba. Share eksperimen kecil yang mau lo coba biar gak stuck di karier, tulis di komen post ini.
Tiktok - 8 Skill turunan dari berpikir strategis
Berpikir strategis itu gak berdiri sendiri, melainkan didukung oleh beberapa soft skill lainnya. Ada 8 skill yang perlu kamu punya untuk jago berpikir strategis.