Dari kerja kantoran jadi pengusaha: Refleksi dan pembelajaran perjalanan 3 tahun |#104
Saya wish ada yang ngasih tau ini sebelumnya
Hi buddy
Tepat 3 tahun yang lalu saya bertransisi dari pekerja kantoran menjadi pengusaha.
Kalau kamu terpikir untuk jadi pengusaha, baik karena kamu kira kamu suka, muak kerja kantoran, maupun penasaran, post ini akan bermanfaat buat kamu.
Di post ini saya akan cerita soal
Realita menjadi pengusaha setelah kerja kantoran
Pelajaran yang didapatkan selama 3 tahun terakhir
Persiapan yang perlu dilakukan kalau kamu mau menjalaninya
Mari kita bahas
Kita mulai dengan konteks
Saat ini saya membangun leadership development firm dimana kami memberikan pelatihan leadership kepada manager di perusahaan dengan anggota di atas 1000 orang.
Nah berikut realita di balik situasi ini
Realita 1: Bangun usaha itu ambigu
Lama bekerja kantoran, saya terbiasa dengan kepastian gaji setiap bulannya.
Di lain sisi, bisnis memiliki siklus.
Di tahun 2024 kemarin, di bulan yang paling rame, omzet saya 10x bulan yang paling sepi.
Yang paling bikin menantang, saya ga bisa benar benar memprediksi kapan itu terjadi.
Lesson 1: Menganggap ambiguitas sebagai hal yang normal
Awalnya saya sering panik di bulan dimana omzet rendah, bahkan sampai kepikiran mau balik kerja kantoran lagi aja.
Sekarang saya udah bisa menyikapinya dengan lebih tenang.
Rahasianya?
Cash flow management.
Kelola keuangan sehingga bisnis tetap bisa berjalan dengan lancar sekalipun ga ada omzet.
Kalau bisnis lagi rame, ga semua dihabiskan, diinvestasikan, atau ditarik.
Selalu punya cadangan untuk hari hari seperti ini.
Realita 2: Berhenti sembunyi di balik nama besar perusahaan
Saya sangat beruntung pernah bekerja di perusahaan seperti McKinsey, Traveloka, dan GoTo.
Ketika saya bilang saya kerja di McKinsey, langsung ada decak kagum dari lawan bicara.
Tawaran kerja juga sering saya dapatkan karena bekerja di GoTo.
Ketika usaha sendiri, saya ga lagi bisa menggunakan nama mereka.
Sebenernya bisa sih saya sebut saya ex company di atas tapi saya memilih untuk enggak.
Lesson 2: Bangun personal brand akan ngasih nilai berganda di masa datang.
Sedikit pengakuan, sebenernya saya bukan orang yang suka ngonten.
Saya lebih fokus kerja aja dan menjaga banyak informasi ke diri sendiri dan orang terdekat.
5 tahun lalu saya mendapatkan kejelasan mengenai apa yang mau saya lakukan di pekerjaan.
Saya ingin memberikan pengaruh positif untuk banyak orang melalui karya saya.
Memiliki personal brand akan memudahkan saya untuk mencapai tujuan itu.
Sekarang saya bisa bilang, tanpa personal brand, saya rasa bisnis saya udah tamat sih.
Realita 3: Self development = personal responsibility
Ketika kerja kantoran, ada HR yang udah design career path.
Ada juga manager yang nanyain arah karier dan ngasi feedback berkala.
Belum lagi pelatihan yang bisa diikuti dengan gratis.
Ketika usaha sendiri, saya takut banget kalau saya akan kesulitan belajar.
Lesson 3: Kesuksesan kita sangat tergantung dengan kapasitas kita.
Kalau saya stop belajar maka bisnis akan stagnan dan performa tim ga maksimal.
Makanya tahun lalu saya menghabiskan 300 juta rupiah untuk mengikuti berbagai pelatihan.
Untuk salah satu pelatihan itu saya terbang ke Amerika Serikat.
Puji Tuhan, investasi tersebut sudah balik modal dengan lebih besar.
Dari setiap training, saya naik kelas sebagai pengusaha.
Seluruh pembelajaran yang saya dapatkan dari bekerja, belajar, dan berjejaring selama 10 tahun terakhir akan saya tuangkan ke buku yang akan rilis beberapa bulan lagi.
Waitlist disini supaya ga keabisan dan dapet bonus eksklusif pre order.
Buat kamu yang mau bertansisi, ini 3 hal yang bisa kamu persiapkan
Pertama, coba kerjain bisnis kamu sebagai usaha sampingan
Alokasikan minimal 10 jam seminggu untuk bangun bisnis kamu.
Dari sini kamu jadi dapat gambaran mengenai beberapa hal
Seberapa mau kamu bangun bisnis
Model bisnis yang cocok buat kamu
Seberapa kamu menikmati proses berbisnis
Nyoba langsung bikin kamu ga kemakan sama apa kata orang.
Kedua, alokasiin dana darurat
Mulai nabung supaya bisa punya 6-12 bulan pengeluaran dalam bentuk cash.
Ini akan ngebantu secara mental kalau bisnis lagi ga baik baik aja nantinya.
Sekalipun ga bangun usaha, saya sangat recommend alokasi dana darurat.
Jadi kalau kamu mau sabbatical atau kena layoff juga aman.
Ketiga, investasi ke transferable skills
Sejak kerja kantoran, saya terus melatih kemampuan yang transferable apapun pekerjaannya seperti
Strategic thinking
Project management
Communication
Collaboration
Kemampuan ini akan kepake apapun pekerjaan kamu nantinya, sekalipun kamu memilih jadi Bapak / Ibu rumah tangga.
Spoiler: Buku saya akan bahas framework untuk belajar transferable skills secara praktikal.
Kalau kamu pekerja kantoran yang lagi siap siap, reply email ini yuk buat kenalan.
Tenang aja saya ga akan ngadu sama bos kamu 🙂
Cheers
Vicario
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Join Waiting List Buku Saya
Setahun terakhir saya mempersiapkan buku pertama saya. Buku ini berisi pembelajaran mengenai pengalaman kerja selama 10 tahun, insight dari 100 buku manajemen dan pengembangan diri, konten yang saya share di media sosial, dan ilmu yang saya bagikan ke 60+ perusahaan.
Kalau kamu tertarik mengikuti update buku saya dan dapetin bonus pre order, daftar di sini
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Content of The Week
LinkedIn - Cara nerapin empati biar gak merasa selalu benar
Karakter leader yang bikin tim nya betah. Bukan pintar atau visioner, tetapi leader yang punya empati tinggi. Kerja bareng dia bikin kita merasa dimengerti dan dihargai bukan dihakimi.
Instagram - Rasanya ketika berada di relationship yang sehat
Relationship yang sehat itu yang membuat kita merasa aman. Bukan karena gak pernah ada konflik, tapi karena ada kepercayaan, ruang tumbuh dan saling mendukung tanpa drama.
Tiktok - 10 Strategi biar gak disepelein di kantor
Leader, ini 10 strategi biar gak diremehkan. Fokusnya bukan bikin orang kagum, tapi add value sebanyak-banyaknya. Saya share 10 strategi yang bisa kamu terapkan di kantor.