Hi buddy
Sebelum masuk ke newsletter hari ini, gue mau invite temen-temen semua ke Offline Workshop + Book Signing SOLID Skills yang bakal diadain tanggal 28 Sept, jam 2-4 WIB, di Gramedia Jakarta Pusat/Selatan (TBA)
Excited to meet you all secara langsung! It’s free & open for all. But limited space nih
See you all & let’s dive into today’s topic.
Gue pernah dapet kepercayaan gede: diminta megang project yang lumayan strategis, banyak stakeholder penting di dalamnya.
Awalnya gue pikir semua udah gue siapin mateng. Timeline rapi, presentasi udah latihan, bahkan gue sempet mikir,
“Kayaknya project ini bakal lancar, deh.”
Tapi pas meeting review sama stakeholder kunci, gue melakukan kesalahan fatal. Gue salah nyusun prioritas, data yang gue bawa nggak lengkap, dan jawaban gue malah bikin mereka tambah kesel.
Sampai ada satu stakeholder yang ngehardik gue di depan semua orang,
“Ini dasar ngambil keputusan dari mana, sih?!”
Rasanya? Mau nge-freeze satu ruangan biar gue bisa menghilang saat itu juga.
Yang lebih nyesek lagi, abis meeting atasan cuma bilang,
“Nanti kita evaluasi lagi ya.”
Dan lo tau kan, kalimat itu kalau diucapin dengan nada datar, artinya lampu kuning bahkan udah hampir merah.
Momen itu jadi tamparan keras buat gue. Gue sadar, kesalahan kayak gini bukan cuma bikin project goyah, tapi juga menggerus kepercayaan orang-orang yang awalnya naro harapan ke gue.
Kalau lo pernah ada di posisi kayak gini, dimana lo ngerasa kepercayaan udah mulai retak, gue paham banget rasanya. Berat.
Tapi kabar baiknya: kepercayaan itu bisa dibalikin. Emang gak instan, tapi juga gak mustahil.
Di newsletter ini, gue mau share 5 langkah konkret buat balikin kepercayaan setelah lo bikin kesalahan di pekerjaan.
1. Akui Kesalahan Lo Cepat-Cepat
Jangan nunggu atasan yang buka topik duluan.
Akui kesalahan kita secara langsung, tunjukin kalau kita paham kesalahan kita, dan jangan nyalahin keadaan atau orang lain.
Kalo bisa mulai dialog dalam 24-48 jam setelah kesalahan terjadi. Ini ngasi lo waktu yang cukup untuk refleksi dan menyusun cara untuk membuka percakapan.
Contoh:
Sadari kesalahan:
“Tadi di meeting klien X, gue sadar tadi gue ngomongnya gak tepat di depan klien, dan itu bikin suasana gak nyaman. Itu murni kesalahan gue.”
Perbaiki
"Kalau lo setuju, gue mau follow up ke klien hari ini juga buat klarifikasi dan menjaga kepercayaan mereka. Gue siap kirim draftnya ke lo dulu.”
2. Jangan Mencari Kambing Hitam Lain
Akui kesalahan, minta maaf dengan tulus tanpa terlihat mencari-cari alasan atau mencari "kambing hitam" lain.
Misalnya di kasus gue, mencari kesalahan klien atau atasan yang menyebabkan gue melakukan kesalahan tersebut.
Contoh: "Ya gue kebablasan ngomong gitu karena gue dapat brief yang kurang jelas."
Kalimat-kalimat kayak gitu bikin atasan ngerasa kita cuma defensif, bukan bertanggung jawab.
Kalau mau jujur, mereka udah tau faktanya kok, yang mereka pengen lihat tuh, apakah kita cukup dewasa buat mengakui kesalahan atau tidak.
Makin cepat kita stop nyari alasan, makin cepat juga jalan buat bangun kepercayaan itu terbuka lagi.
3. Ambil Langkah Perbaikan Secepatnya
Jangan cuma bilang “gue akan memperbaiki”, tapi kasi aksi nyata.
Misalnya: lo follow up ke klien buat minta maaf dan ngasi klarifikasi atau siapin materi tambahan buat nge-boost image tim.
Sebelum menentukan langkah perbaikan yang detail, lo bisa melakukan beberapa hal ini:
Buat daftar masalah yang muncul dari kesalahan kita.
Tulis langkah-langkah preventif supaya kejadian gak keulang.
Minta saran dan bimbingan atasan kira-kira perbaikan seperti apa yang dia harapkan.
Lampirkan timeline tindakan biar atasan bisa lihat progress.
4. Konsisten Kasih Hasil Bagus Setelahnya
Kepercayaan itu dibangun pelan-pelan, baliknya juga pelan-pelan. Atasan akan liat dari konsistensi hasil kerja kita, bukan cuma omongan atau janji yang kita kasi.
Fokus ngasi output yang berkualitas dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Gini cara mengambil hati atasan setelah melakukan kesalahan:
Kerjain semua tugas dengan standar lebih tinggi dari biasanya.
Prioritaskan akurasi dan kesiapan sebelum meeting atau presentasi.
Catat progress mingguan buat di-share ke atasan.
5. Siap Dapat Pengawasan Lebih dan Minta Feedback
Setelah kesalahan, atasan mungkin bakal lebih ketat dalam ngecek hasil kerja kita.
Jangan baper. Ini normal. Tunjukin kalo kita bisa kerja sama di bawah pengawasan ekstra, dan anggap itu kesempatan buat belajar.
Gak lupa juga untuk minta feedback secara berkala. Gini langkah-langkahnya
Setiap 1–2 minggu, tanyain pendapat atasan soal progress kita.
Siapkan update singkat biar dia lihat kita serius memperbaiki diri.
Gunakan feedback buat terus meningkatkan kualitas kerja kita.
Gue tau, ngejalanin proses ini tuh gak gampang, mungkin kita bakal ngerasa pengen skip aja atau pura-pura semuanya baik-baik aja.
Tapi justru di momen kayak gini, kita bisa nunjukin kalau kita bukan cuma mau “menambal” kesalahan, tapi bener-bener bisa grow dari situ.
Pelan-pelan, kita bakal sadar kalau yang balik ke kita bukan cuma kepercayaan atasan, tapi juga rasa percaya diri sendiri.
Selamat mencoba!
PS. Kalo lo mau berkolaborasi lebih efektif dengan atasan, lo bisa mengasah soft skill yang relevan. Ini gue bahas secara mendalam di buku gue, SOLID Skills.
Lo bisa pesan sekarang di sini
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Content of The Week
LinkedIn - Jadi Leader Gak Harus yang Paling Jago
Tim gak butuh leader yang jago segala hal. Melainkan leader yang paham dan fokus sama tugasnya, yaitu mencapai target dan membantu anggota tim untuk perform maksimal.
X - Hari-harinya High Performer di Kantor
Kerjanya gak berisik, tapi impact nya nyata. High performer fokus deliver hasil bukan caper. Biasanya ini kebiasan yang nampak di kesehariannya di kantor.
Instagram - Kenapa Gue Bangun Bisnis yang Nggak Ambisius?
Makin gede mimpinya, makin besar juga trade-off yang harus dipilih. Pertanyaannya: apakah kita siap atau gak? Kadang, jalan yang paling "wah" justru bukan yang paling cocok buat kita.
Tiktok - Dulu gue anti politik kantor, dan ini yang bikin gue berubah
Pernah ngerasa performa bagus, tapi gak kemana-mana. Mungkin sebabnya karena kita anti sama politik kantor, jadi peluang naik level di pekerjaan menjadi sempit.