Beberapa waktu lalu, saya ngobrol sama teman yang sedang cari kerja.
Dia sudah apply ke puluhan perusahaan selama beberapa bulan, tetapi belum ada satu pun yang nyantol.
Gak heran sih sama fenomena ini. Mungkin kamu juga pernah atau sedang mengalaminya.
Sekarang, persaingan kerja makin ketat karena jumlah angkatan kerja makin banyak tetapi ga sebanding sama permintaan kerja.
Di episode kali ini, saya akan bahas:
Apa itu cold email dan efektivitasnya?
5 Langkah membuat cold email
Template dan contoh cold email
3 Tips membuat cold email
Yuk kita bahas fenomena cari kerja makin sulit
Menurut data BPS, jumlah angkatan kerja berdasarkan Sakernas pada Februari 2024 ada 149,38 juta orang, naik 2,76 juta dibandingkan Februari 2023. Sementara itu serapan pekerja sektor formal terus menurun.
Dengan situasi ini, kita dituntut untuk mencari tau gimana caranya jadi unggul dan memenangkan persaingan.
Selama ini kita mencari kerja dengan 3 cara utama ini:
Apply via website lowongan pekerjaan (LinkedIn, Glints, Jobstreet, dls)
Kirim email ketika ada pengumuman lowongan pekerjaan
DM di social media
Sayangnya cara ini kurang efektif karena kita sulit menonjol di tengah persaingan yang ketat. Bahkan satu posisi bisa diperebutkan sampai ratusan bahkan puluhan ribu orang.
Ada satu cara yang efektif tapi gak banyak orang tau dan praktekkan. Apa itu?
Cold Email
Email perkenalan yang kamu kirim ke seseorang yang belum pernah berinteraksi sebelumnya.
Sebenarnya gak hanya cari kerja, cold email ini juga bisa dipakai untuk menjalin hubungan profesional dengan orang lain.
Meminta career advice ke orang yang kamu idolakan
Membangun hubungan dengan klien potensial
Menawarkan kolaborasi ke orang lain di bidangmu
Tetapi banyak orang yang meragukan cara ini dengan beragam alasan.
Apakah cold email masih efektif?
Apakah HRD atau CEO masih baca email di tengah kesibukannya?
Seberapa besar potensi email dibalas oleh yang bersangkutan?
Faktanya: Profesional terbaik masih memeriksa email mereka beberapa kali dalam sehari.
Bahkan dari data yang gue baca di newsletter Aakash Gupta, makin senior seseorang, makin tinggi tingkat responsifnya terhadap email-email penting.
Sementara itu ada riset yang menyatakan, rata-rata open rate cold email itu di antara 19-26%.
Jadi sebenarnya, peluang cold email itu masih tinggi. Tinggal gimana kita meningkatkan peluang agar email kita dibaca dan direspon.
Bukan bikin email yang berujung cuma menuh-menuhin inbox, dihapusin atau bahkan ditandain sebagai spam.
Dari hasil observasi saya, email yang sering diabaikan itu karena isinya terlalu panjang, bertele-tele dan ga personal.
Ketika email dikemas dengan to the point, concise dan bermakna, orang-orang akan cenderung membalasnya.
Jadi sebelum mengirim cold email, pastikan kamu memenuhi 3 hal ini
Mengirim kepada orang yang tepat
Jelas tujuan dan apa yang diinginkan
Tau cara menyampaikan pesan dengan ringkas dan terstruktur
5 Langkah Membuat Cold Email
1. Tujukan kepada orang yang tepat
Buat daftar perusahaan impian kamu termasuk jabatan dan kontak orang yang bisa kamu hubungi.
Pilih orang yang relevan dengan tujuanmu. Kalau untuk cari kerja, fokus ke manager perekrutan, kepala departemen, CEO atau orang yang terlibat langsung dalam proses perekrutan.
Banyak sumber yang bisa kamu eksplor untuk tahu email orang yang tepat. Bisa melalui website perusahaan, LinkedIn atau social media perusahaan dan personal.
2. Buat judul email yang menarik dan personal
Sebagus apapun isi email tetapi kalau judulnya gak bikin orang mau nge-klik, percuma aja, gak akan dibaca.
Jadi pastikan kamu membuat judul yang menarik dan personal, sehingga target merasa butuh membacanya.
Ada 3 tips untuk memenuhi hal ini:
Pakai keyword yang relevan dengan kebutuhan penerima email dan perusahaan
Cantumkan keunggulan atau identitasmu yang relevan dengan kebutuhan tersebut
Langsung ke intinya dan jangan terlalu panjang
Contohnya:
Eks (Role - Perusahaan sebelumnya) Siap Mengisi Posisi di (Perusahaan yang ditarget)
Eks Marketing Intern Google Siap Mengisi Posisi di Perusahaan X
Lulusan (Kampus - Jurusan) Ingin Bergabung di Tim (Departemen - Perusahaan yang ditarget)
Lulusan Psikologi UI Ingin Bergabung di Dept HR di Perusahaan X
(Role) Berpengalaman Selama (Waktu) Siap Bergabung di (Perusahaan)
Digital Marketer Selama 10 Tahun Siap Bergabung di Perusahaan X
3. Pesan yang ringkas dan to the point
Stop memakai kata-kata formal yang terlalu kaku, klise dan kurang penting, misalnya
"Semoga email ini diterima dengan baik" "Semoga keadaanmu baik-baik saja" "Saya berharap semoga Anda dalam keadaan sehat"
Hasil analisis Hubspot terhadap 40 juta email menemukan panjang ideal cold email adalah 50-125 kata untuk memaksimalkan respon penerima.
Jadi fokus pada inti pesan, pakai paragraf dan kalimat pendek sehingga bisa lebih mudah dibaca.
Lampirkan juga dokumen-dokumen penting sebagai pertimbangan penerima pesan untuk meningkatkan potensi pesan akan dibalas.
Kalau mau cari kerja, cantumkan juga resume, portofolio dan juga achievement yang relevan.
Rekomendasi struktur email untuk cari kerja
Pendahuluan: Salam yang singkat dan personal
Tujuan: Jelaskan minat kamu terhadap posisi tertentu dengan jelas dan ringkas
Value: Sebutkan keterampilan dan pengalamanmu yang selaras dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan
Call to action: Apa respon spesifik yang kamu harapkan dari penerima pesan? Pertemuan, telepon, zoom call dan lainya. Tambahkan urgensi waktu untuk meningkatkan peluang direspon oleh penerima pesan.
Penutup: Akhiri email dengan ucapan terima kasih, salam penutup dan informasi kontak yang bisa dihubungi.
Template dan Contoh Cold Email
Template
Judul: Eks (Role - Perusahaan sebelumnya) Siap Mengisi Posisi di (Perusahaan yang ditarget)
Isi email:
Pengenalan diri: "Saya (role dan minat yang kamu punya)"
Value (Keunggulan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan) Bentuknya bisa skill, pengalaman dan achievement.
"Saya pernah bekerja ... Saya memiliki keahlian di bidang ... Sebelumnya, saya berhasil menangani project ... dan mencapai ..."
Alasan tertarik dengan perusahaan yang dituju "Saya tertarik bergabung di perusahaan ini di posisi ... karena ..."
CTA "Apakah Anda berkenan melakukan proses interview dengan saya atau berdiskusi secara online atau offline untuk membahas hal ini?"
Lampiran "Saya cantumkan resume dan portofolio sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan"
Penutup "Terimakasih. (Nama dan kontak)
Contoh
Eks Project Manager di X Siap Mengisi Posisi di Y
Halo (Nama Perekrut)
Saya seorang project manager yang tertarik dengan tech project dan product development.
Saya pernah bekerja di X, di mana saya memimpin project pengembangan software. Saya memiliki keahlian dalam agile methodology, risk management dan stakeholder.
Sebelumnya, saya berhasil mencapai target di project X dan berhasil menghemat biaya sebesar 20%, serta tepat waktu.
Saya tertarik bergabung di Y di posisi Project Manager karena perusahaan ini punya tantangan yang menarik dan peluang besar untuk mengembangkan karir saya.
Apakah Anda berkenan untuk membahas hal ini di minggu depan?
Berikut saya cantumkan juga resume dan portofolio yang bisa dijadikan bahan pertimbangan.
Terima kasih.
(Nama) (Email dan nomor telpon)
3 Tips untuk Mengirim Cold Email
1. Kirim di waktu yang tepat
Rekomendasi waktu yang bisa meningkatkan peluang email kamu dibaca dan direspon
Selasa-Kamis
Senin biasanya jadi waktu paling sibuk karena awal minggu sering jadi waktu untuk meeting one-on-one atau rapat tim.
Sedangkan Jumat juga sering jadi waktu paling sibuk untuk menyelesaikan semua tugas mingguan.
Pagi, siang, sore di hari kerja
Sebaiknya pilih di hari kerja, bukan di hari libur atau tanggal merah. Karena orang jarang ngecek email di hari-hari libur seperti itu. Khawatir kalau mengirim di waktu-waktu tersebut dianggap kurang sopan oleh penerima pesan.
Waktu mengirim yang saya sarankan, hindari mengirim email terlalu malam.
Pagi: 08:00 - 10:00
Siang: 11:00 - 13:00
Sore: 16:00 - 17:00
2. Follow-up
Terkadang penerima pesan gak langsung merespon email yang penting.
Sangat wajar juga kalau mereka lupa membalas, jadi follow-up email berfungsi untuk menjadi pengingat buat penerima pesan apabila mereka lupa.
Saya sarankan mengirimkan follow up email setelah 3-5 hari kerja. Rentang waktu ini pas untuk memberi waktu penerima pesan mempertimbangkan keputusan yang mau diambil.
Setelah itu mengirim follow up email yang pertama, kamu bisa kirim follow up selanjutnya setelah 1 minggu.
Menurut saya, batas email follow-up itu 3 kali. Kalau email ketiga tidak dibalas, sebaiknya tidak menanyakan lagi agar tidak terkesan mengganggu atau spam.
3. Hal yang tidak boleh dilakukan
Kirim email yang umum alias ga personal
Terlalu menuntut dan agresif
Melebih-lebihkan keterampilan dan kualifikasi diri sendiri
Gak melakukan follow up
Terlalu panjang dan bertele-tele
Semoga tulisan ini bisa membantu kamu bekerja di perusahaan impianmu.
Best of luck!
Content of The Week
Linkedin - Skill underrated yang penting untuk para leader
Salah satu skill penting yang perlu dimiliki seorang leader adalah berempati. Di post ini gue share cara nerapin empati biar ga merasa selalu benar di beberapa konteks spesifik.
Twitter - 3 Tanda lo kerja sama atasan yang keren
Mungkin standar ‘keren’ untuk tiap orang berbeda-beda. Tetapi buat gue, dibilang keren ketika punya 3 kualitas ini. Tulis komen di post ini ya, apa kualitas atasan yang paling menarik buat lo.
Instagram - Kelakuan bos toxic sehari-hari
Hal yang paling beracun dari bos toxic adalah mewajari perilaku toxic. Ini 7 kelakuan sehari-hari bos toxic, yuk kita pelajari biar kita bisa merespon dengan tepat, bukan mewajari.
Tiktok - Salah banget kalo lo ngarep manager begini
Terkadang yang bikin kita sulit bekerja sama efektif dengan atasan bukan karena ga cocok, tapi karena kita punya ekspektasi yang ga realistis. Coba tambahin apa lagi ekspektasi keliru tentang atasan dari observasi lo.