Di masa awal jadi manager pertama kali, salah satu kesalahan yang gue lakukan adalah gak memberikan feedback yang cukup ke high performer di tim.
Saat itu, gue merasa high performer itu udah jago dan udah bisa memenuhi ekspektasi gue. Jadi gue merasa memberi apresiasi aja udah cukup, tanpa perlu ngasi feedback di pekerjaannya.
Apalagi high performer biasanya udah mandiri dan proaktif dalam menyelesaikan masalah. Jadi gue berpikir tanpa dapat feedback dari gue, mereka bisa mengatasi masalah yang dihadapi.
Mungkin pemikiran itu ada benarnya, tetapi ada konsekuensi yang gak gue sadari waktu itu.
Tanpa feedback yang berkualitas, motivasi dan kepuasan kerja high performer bisa menurun. Puncaknya, mereka bisa frustrasi dan bahkan mencari peluang pengembangan diri di tempat lain.
Di newsletter ini gue bahas
Riset tentang pentingnya feedback
Feedback yang dibutuhkan high performer
3 Tips memberi feedback yang berkualitas
Riset tentang High Performer dan Feedback
Gue mau mulai dengan mengulik faktanya, karena yang gue tau gak sedikit manager yang mengalami masalah serupa.
Masalah yang gue hadapin tadi sejalan sama hasil riset Textio (2024), ternyata karyawan dengan kinerja terbaik dapat feedback yang kualitasnya rendah.
Feedback berkualitas rendah yang sering didapatkan adalah memenuhi 3 hal ini:
Berlebihan. "Kerja lo selalu bagus dan tepat waktu. Gue gak pernah khawatir kalo kerjain ini lo pegang. Lo benar-benar bisa diandalkan."
Klise. "Thank you ya, kerjaan lo bagus dan detail. Gak pernah ada yang ke-skip."
Fixed mindset. "Lo kelihatannya gak cocok menjadi leader di tim, karena gak bisa manage orang lain."
Kalau mau baca lebih lanjut tentang hasil risetnya bisa cek di sini ya
Apa dampaknya?
Orang-orang yang kinerjanya bagus itu butuh feedback untuk mengembangkan dirinya dan meningkatkan kualitas kerjanya.
Terlebih, high performer itu termotivasi sama feedback yang konstruktif.
Ketika high performer ga mendapat feedback, dia jadi ga tau gimana progress kerja dan apa yang perlu diperbaiki di pekerjaannya. Kemungkinan besar dia akan frustrasi dan bahkan resign dari pekerjaannya.
Terus seperti apa feedback yang berkualitas?
Feedback yang Berkualitas
Kalau ingin memberikan feedback berkualitas, coba fokus dengan memenuhi 3 kriteria ini
Spesifik dan detail Apakah masukan yang gue kasi udah spesifik ke konteks tertentu dan udah dijelasin dengan rinci?
Bisa ditindaklanjuti Apakah masukan yang gue kasi bisa ditindaklanjuti dengan aksi konkret?
Konstruktif Apakah masukan yang gue kasi udah terstruktur?
Berikut adalah struktur yang bisa lo pakai ketika memberikan feedback ke anggota tim:
3 Tips untuk Leader dalam Memberikan Feedback
1. Buat feedback yang spesifik, detail dan jelas
Observasi apa aja tugasnya dan gimana hasilnya
Apa manfaat positif yang perusahaan dapatkan dari hasil kerja tersebut?
Apa saja kekurangan dari proses kerja dan hasil kerja tersebut?
Apa saran perbaikan yang bisa lo kasi ke dia?
Apa saja hal ekstra yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya?
Berikan kebebasan juga untuk anggota tim menentukan cara memperbaiki kekurangannya secara mandiri.
2. Jangan pake stereotip negatif
Ketika memberi tau kekurangan anggota tim, sebaiknya jangan pakai cap negatif yang justru bikin mereka minder dan gak tau apa yang bisa dilakukan untuk berubah.
❎ "Komunikasimu jelek", "Ga bakat memimpin", "Ga disiplin", dan lainnya.
✅ "Di meeting kemarin, saya melihat kamu menyampaikan presentasi hanya satu arah. Kamu tidak menanyakan pendapat ke rekan kerja yang lain dan tidak membuka diskusi. Sehingga meeting berjalan kurang interaktif. Coba sebelum meeting siapkan bahan dan pertanyaan untuk menghidupkan diskusi dan memantik ide-ide baru yang inovatif."
3. Jelasin peluang pertumbuhan ke depan
Sebagian besar karyawan ga tau apa yang dibutuhkan untuk lanjut ke level berikutnya di karier. Jadi sebagai manager, ini yang bisa kita lakukan
Apresiasi hasil kerjanya selama ini
Jelaskan peluang posisi di masa depan
Beri tahu saja hard skill dan soft skill yang dibutuhkan untuk mencapai posisi tersebut
Jelaskan apa saja yang bisa disiapkan mulai sekarang untuk membangun skill tersebut
Feedback itu penting banget untuk high performer, tapi jangan lupa untuk tetap ngasi otonomi ke mereka ketika bekerja.
Ini ga hanya bantu mereka produktif tetapi memberi ruang untuk berinovasi dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara paling efektif versi mereka.
Best of luck!
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhan lo
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week
Slogan motivasi, free snack dan kopi, piala dan penghargaan mungkin bikin anggota tim lo happy, tetapi biasanya kadarnya hanya di jangka pendek. Kalo lo mau anggota tim lo loyal, optimal bekerja dan termotivasi jangka panjang, coba fokus ke lima hal di konten ini.
Beberapa waktu lalu gue ikut kelasnya Shade Zahrai dan dapetin insight menarik ini, 5 tipe overthinking. Buat gue tau 5 tipe ini penting banget, karena kita jadi gampang sadar ketika mulai terjebak di siklus overthinking dan bisa segera mengatasinya.
Tiktok - Kenapa karyawan terbaik cabut meski udah digaji tinggi?
Gak sedikit orang-orang yang bertalenta dari kerjaan yang bergaji tinggi, bahkan rela dapat bayaran lebih rendah. Gue bahas 3 faktor yang membuat high-performer betah di pekerjaannya.
Instagram - 3 Kunci utama biar dipromosi atasan
Selama ini kita lebih banyak fokus untuk naikin performa biar dapet promosi, itu penting tapi bukan satu-satunya. Ada dua hal lain yang perlu jadi perhatian biar makin mudah jalan lo mendapat promosi.