Kenapa Banyak Leader Frustrasi Kerja Bareng Gen Z? |#148
Dan apa yang bisa kita lakuin
Hi buddy,
Gue sering banget dapet curhatan kayak gini di sesi workshop leadership yang gue isi:
“Anak-anak Gen Z tuh susah banget dikasih arahan.”
“Mereka tuh cepet bosen, gampang bete.”
“Baru dikasih feedback dikit, udah defensif.”
Dan curhatan kaya gini juga sering gue baca dari media sosial.
Para leader banyak yang frustrasi kerja bareng gen Z, di sisi lain mereka juga ngerasa bingung, capek, sama pengen nyerah.
“Kalo ada pilihan lain, lebih baik gak pilih gen Z”
Dan gue paham kenapa banyak leader ngerasa gitu.
Karena mereka lagi berhadapan sama generasi yang cara mikir, cara belajar, bahkan cara ‘termotivasi’-nya beda banget.
Di newsletter ini gue mau share
Kenapa banyak leader kesulitan manage gen Z?
Karakter unik gen Z
7 Tips efektif kerja bareng gen Z
Yuk kita bahas satu-satu
Kenapa Banyak Leader Kesulitan Manage Gen Z
Masalahnya bukan di “Gen Z-nya susah diatur.”
Masalahnya ada di mismatch cara kerja antara dua generasi yang punya konteks dan gaya hidupnya beda banget.
Leader banyak yang tumbuh di era “kerja keras dulu, hasil belakangan”.
Sedangkan Gen Z tumbuh di era “semua bisa diukur, diakses, dan didiskusikan dengan mudah.”
Buat Gen Z, kerja keras tanpa makna itu nggak keren.
Mereka butuh ngerti kenapa sesuatu penting, bukan cuma apa yang harus dikerjain.
Dan itu bukan cuma asumsi, riset pun nunjukin hal yang sama.
Fakta Singkat tentang Gen Z
89% Gen Z pengen kerja di tempat yang punya purpose yang sejalan sama value mereka. (Deloitte, 2024).
Gen Z suka feedback lebih sering dan real time dibandingkan review tahunan (Gallup, 2023) serta disampaikan lewat platform digital (Forbes, 2024)
Dan yang paling menarik, 77% pekerja Gen Z akan mempertimbangkan untuk resign jika dipaksa bekerja full-time di kantor. (Ragan)
Jadi kalau lo ngerasa mereka “beda banget”, ya memang iya.
Tapi bukan berarti mereka nggak bisa diajak kerja bareng, cuma perlu aturan, budaya, dan cara kerja yang berbeda.
Terus gimana tips konkret buat memimpin dan kerja efektif bareng Gen Z?
Tips Kerja Efektif Bareng Gen Z
1. Jelaskan “Kenapa”, Bukan Cuma “Apa”
Gen Z pengen tahu alasan di balik keputusan. Mereka lebih engaged kalau ngerti maknanya.
Contoh: Waktu ngasih tugas, tambahin konteks.
“Kita butuh report ini minggu depan, karena datanya bakal dipakai buat proposal ke klien besar. Kalau hasilnya bagus, ini bisa jadi portofolio tim lo juga.”
2. Buka Ruang Diskusi, Bukan Instruksi Satu Arah
Mereka terbiasa berpendapat. Kalau cuma disuruh tanpa ruang tanya, mereka bakal disconnect.
Contoh: Ajak brainstorming kecil sebelum mutusin arah.
“Menurut lo, pendekatan yang paling cocok buat audiens ini apa?”
Sekali aja lo nanya, mereka bakal ngerasa punya suara dan makin pede dalam berinovasi.
3. Beri Feedback Secara Rutin dan Spesifik
Gen Z lebih milih feedback cepat, bukan evaluasi tahunan.
Contoh: Setiap minggu, ambil 10 menit buat check-in:
“Apa yang menurut lo minggu ini berjalan baik? Apa yang pengen lo perbaiki?”
Format dua arah kayak gini bikin mereka lebih terbuka.
4. Kasih Otonomi Tapi Tetap Kasih Arah
Mereka nggak suka di-micromanage, tapi juga butuh tahu ekspektasi jelas.
Contoh: Setelah briefing, lo bisa bilang
“Gue kasih lo ruang buat ngatur eksekusi, tapi tolong update milestone tiap Rabu ya.”
Biar tetap terarah tanpa ngerasa dikontrol terlalu ketat.
5. Rayakan Progress, Bukan Cuma Hasil Akhir
Gen Z butuh recognition kecil yang terasa genuine.
Contoh: Pas mereka deliver presentasi bagus, cukup bilang
“Gue lihat lo improve banget dari minggu lalu, struktur presentasinya lebih jelas.”
Kalimat sederhana tapi efeknya besar banget buat progress dia ke depan.
6. Kasih Tantangan yang Relevan
Mereka suka kerja yang menantang tapi meaningful.
Kebanyakan kerja rutin tanpa konteks bikin mereka cepet bosan.
Contoh: Rotasi mereka ke proyek lintas tim, kasih kesempatan belajar hal baru.
“Lo mau coba handle bagian analisisnya minggu ini? Gue liat lo punya potensi di situ.”
7. Jadilah Leader yang Otentik dan Konsisten
Gen Z punya radar tinggi buat mendeteksi kalo kita “fake” atau tulus.
Mereka bakal respect kalau kita sebagai leader jujur, bahkan soal hal yang belum kita kuasai.
Contoh: Kalau lo belum tahu jawaban, bilang aja
“Gue juga belum punya datanya sekarang, tapi yuk kita cari bareng.”
Kalimat itu nunjukin kerendahan hati sekaligus bisa membangun kepercayaan.
Kesimpulan
Gue tahu, adaptasi ke gaya kerja Gen Z nggak selalu gampang.
Tapi justru di situ tantangannya, gimana kita bisa berkembang dan kolaborasi bareng, bukan saling nyalahin karena beda cara kerja.
Karena di balik semua stereotip “gampang baper” atau “gak loyal”, Gen Z punya satu hal yang kuat yaitu mereka pengen kontribusi ke sesuatu yang berarti.
Dan kalau lo bisa jadi leader yang ngerti cara menumbuhkan semangat itu, mereka gak cuma bakal nurut, tapi bakal grow bareng lo dan perusahaan.
Selamat mencoba!
PS. Kalau lo pengen belajar lebih dalam soal leadership, gue bahas 5 skill utama yang bantu kerja lo efektif di buku gue, SOLID Skills.
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Buku SOLID Skills
Sudah ada 700+ orang yang membaca buku SOLID Skills. Di buku ini gue share fondasi kesuksesan karier di masa depan dunia kerja, yaitu dengan punya 5 skill paling utama.
Strategic Thinking
Operational Excellence
Learning Agility
Influential Communication
Digital Mindfulness
Kalo lo mau baca bukunya, silakan pesan di sini
Content of The Week
LinkedIn - Kenapa karyawan terbaik cabut meski udah digaji tinggi
Gak sedikit high performer resign dari kerjaan yang bergaji tinggi, bahkan rela dapat bayaran lebih rendah. Ini beberapa pertimbangan yang membuat mereka resign.
X - Ini bukan tanda gagal, tapi tanda lo lagi membuat progress
Banyak orang mengira kesulitan yang lagi dihadapi itu tanda akan gagal. Padahal sebaliknya, itu justru tahapan ketika kita akan bertumbuh.
Instagram - 6 Latihan berpikir strategis biar jadi andalan bos di kantor
Cara jadi tangan kanan atasan. Di awal karier, kita jadi tangan kanan atasan dengan jago eksekusi. Ketika jadi senior staff dan manager, atasan pengen kita bisa diajak mikir, ngasi alternatif, dan ide segar.

