Kenapa Leader Butuh Stres dan Gimana Cara Mengelolanya? |#99
Cara berteman dengan stress tanpa menurunkan produktivitas
Buat leader, stres mungkin udah jadi makanan sehari-hari.
Mulai dari ngejar KPI, atasan yang demanding, ngurusin konflik tim, sampai harus ambil keputusan besar. Belum lagi kalau ada perubahan mendadak yang butuh kita adaptasi cepat.
Saya pun pernah (dan masih) berada di situasi itu. Sejak 8 tahun lalu jadi manajer, sekarang juga memimpin tim di perusahaan yang saya dirikan. Di newsletter kali ini, saya mau berbagi pendekatan yang saya terapkan ketika jadi manajer, gimana caranya kita bisa berteman dengan stres tanpa ngorbanin produktivitas.
Di sini saya bakal bahas:
Kenapa stres itu bisa berguna?
3 Insight tentang stres
3 Tips untuk menghadapinya
Yuk, kita mulai.
Kenapa stress itu bagus?
Selama ini kita sering denger kalau stres itu musuh produktivitas. Karena itu banyak leader yang berusaha banget buat menghindarinya.
Padahal, stres itu ibarat pisau bermata dua. Kalau dibiarkan tanpa kontrol, memang bisa bikin buruk. Tapi kalau dikelola dengan baik, stres bisa jadi alat yang powerful.
Saya dapat pemahaman ini dari baca berbagai literatur dan 100+ buku. Salah satunya buku The Upside of Stress. Buku ini ngajarin kalau leader itu sebenarnya butuh stres, asal tahu cara mengelolanya.
Salah satu teorinya, Hukum Yerkes-Dodson, menyebutkan kalau stres di level yang tepat bisa bikin performa kita naik ke puncak.
Dari situ, saya nggak lagi anti stres. Malah saya mencari cara untuk mengelola stres supaya bisa mendatangkan manfaat.
Insight 1: Stres itu bahaya untuk orang tertentu
Stres bisa berbahaya, terutama buat orang yang percaya kalau stres itu ancaman untuk kesehatan.
Penelitian menunjukkan, stres tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko kematian hingga 43%. Tapi, orang yang stres tanpa menganggapnya berbahaya, justru lebih tahan terhadap risiko itu.
Intinya, bukan stresnya yang berbahaya, tapi persepsi kita terhadap stres yang bisa berbahaya.
Insight 2: Stres mendapat asosiasi negatif
Secara umum, kita sering mengasosiasikan stres dengan hal negatif. Banyak penelitian tentang stres dilakukan dengan menggunakan tikus sebagai objek.
Tikus ini stres karena dikurung dan diserang tikus yang lebih besar. Hasilnya, penelitian itu disimpulkan bahwa stres membuat kita depresi.
Padahal, situasi kita jauh berbeda dengan tikus. Kita mungkin punya kerjaan yang demanding, tapi hidup kita nggak terancam tiap saat. Kita bisa mengubah perspektif itu.
Insight 3: Stres bisa bermanfaat buat kita
Ingat kembali momen-momen stres yang pernah kita alami. Ada stres yang bikin kita terpuruk, tapi ada juga stres yang justru bikin kita jadi lebih baik.
Beberapa tahun lalu, saya merasa stres banget karena nggak cocok sama bos saya. Saya nggak suka diatur, sementara bos saya memang banyak ngatur. Akhirnya saya kena evaluasi dan nggak lulus probation.
Saya stres karena harus cari kerja baru, tapi ternyata itu pengalaman berharga yang bikin saya belajar cara kerja efektif dengan atasan. Sejak itu, saya hampir nggak pernah punya masalah dengan atasan lagi.
Kabar baiknya, kamu nggak perlu mengalami kejadian pahit kayak saya untuk bisa manfaatin stres.
3 Tips Menghadapi Stres
Step 1: Sadari ketika merasa stres
Setiap orang punya pemicu stres yang berbeda. Coba perhatikan kapan kamu mulai merasa stres, apakah saat presentasi, menghadapi proyek baru, atau bahkan hal-hal di luar pekerjaan?
Saya sering merasa stres ketika debat soal ide yang saya percaya, tapi orang lain nggak nangkep. Rasanya kayak berhenti bernapas dan jantung berdebar kencang.
Cobalah untuk sadar ketika itu terjadi, baik saat itu juga atau setelahnya. Semakin sering kamu sadar, semakin cepat kamu bisa mengenali stres.
Step 2: Identifikasi akar masalahnya
Setelah sadar, coba gali lebih dalam. Tanyakan pada diri sendiri, “Kenapa sih saya merasa tertekan dengan hal ini?”
Stres muncul ketika sesuatu yang kita pedulikan terasa terancam. Misalnya, saat saya merasa ide saya nggak dipahami, saya jadi bertanya, apakah itu beneran ancaman?
Dari situ saya jadi sadar tiga hal
Saya gampang kebawa perasaan kalo lagi bahas hal yang saya passionate
Saya ngerasa ga butuh-butuh amat sih untuk segitunya ngotot sama ide ini
Ya kalo orangnya belum paham dijelasin aja
Step 3: Salurkan energi yang didapat dari stres
Stres itu memberikan energi. Alihkan energi itu ke sesuatu yang lebih produktif. Misalnya, dengan menulis jurnal atau bikin to-do list.
Untuk tahu apa yang bisa kita lakukan, kita bisa reflect pertanyaan ini.
“Apa yang bisa saya lakukan sekarang yang sejalan dengan tujuan dan value saya?”
Di kasus saya biasanya saya merilis dulu dengan journalling. Saya tulisin tuh segala kekesalan yang saya rasain. Lalu saya commit sama action item untuk selanjutnya.
Recap
Hukum Yerkes-Dodson yang menyebutkan kalo ternyata stres di level yang tepat bikin kita mencapai performa level puncak.
3 Insight tentang stres
Stres itu bahaya untuk orang tertentu
Stres mendapat asosiasi negatif
Stres bisa bermanfaat buat kita
3 Tips menghadapi stres
Sadari ketika merasa stres
Identifikasi akar masalahnya
Salurkan energi yang didapat dari stres
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Content of The Week
LinkedIn - Yang sebenarnya bikin karyawan happy di kantor
Punya gaji kompetitif itu penting, tapi gaji aja gak cukup. Saya sepakat. Tapi makin lama kita berkarier, kita akan makin ngerasa uang itu gak ada harganya jika dibandingkan dengan banyak variabel lain yang bisa ngasi kepuasan di karier.
X - Kebanyakan leader terpaksa "turun gunung"
Bukannya mengerjakan tugas utamanya, seperti mikirin strategi, membina hubungan sama tim lain dan coaching. Tapi meakukan tugas-tugas perintilan. Kamu pernah berada di situasi ini?
Tiktok - 3 Kunci utama untuk jago berpikir strategis
Miskonsepsi yang sering saya dengar soal berpikir strategis: Berpikir strategis itu ribet dan kompleks. Padahal sebenenarnya kunci utamanya adalah 3 hal ini. Visi, problem solving dan adaptasi.
Instagram - Ngajak anak bermimpi sejak dini
Di usianya yang baru 7 bulan, gue ajak Leandro jalan-jalan ke Stanford University saat nemenin istri business trip ke San Francisco. Bukan tentang maksa dia masuk Stanford suatu hari nanti, tapi tentang menanam benih mimpi dan membangun memori berharga sejak dini.