Hi buddy,
Ketika gue diangkat jadi manager untuk pertama kalinya, gue ngerasa insecure parah.
Gue bertanya-tanya,
“Apa gue beneran layak ya jadi leader?”
Gue takut suatu hari tim bakal sadar kalau gue sebenernya biasa aja, gak seoke itu, dan mereka menganggap gue cuma kebetulan aja dapet jabatan ini.
Kalo lo pernah mengalami hal yang sama, mungkin lo sedang mengalami Imposter Syndrome.
Tapi tenang aja, lo gak sendirian. Banyak leader baru, bahkan yang super kompeten pernah berada di titik itu.
Menurut International Journal of Behavioral Science, sekitar 70% orang pernah mengalami imposter syndrome di titik tertentu dalam hidupnya, termasuk orang-orang berprestasi tinggi.
Di newsletter ini gue share tentang:
Apa itu imposter syndrome?
Kenapa banyak leader mengalami itu?
5 strategi praktis untuk mengatasinya
Yuk kita bahas
Apa Itu Imposter Syndrome?
Imposter syndrome adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya gak cukup kompeten meskipun punya bukti nyata kalo dia mampu.
Dan fenomena ini makin sering muncul di fase transisi besar dalam hidup. Salah satunya ketika pertama kali jadi leader.
Kenapa?
Karena kita tiba-tiba naik level yang tentunya berdampak pada ekspektasi naik, tanggung jawab naik, dan orang-orang melihat kita sebagai pengambil keputusan.
Akibatnya, kita jadi takut bikin keputusan yang salah, perfeksionis berlebihan, dan sering meremehkan pencapaian diri sendiri.
Sebenernya fenomena ini wajar, karena otak kita masih adaptasi sama identitas baru itu. Tapi perlu disadari dan ditangani, biar gak berdampak negatif pada karier kita.
5 Strategi Praktis Mengatasi Imposter Syndrome
1. Reframe pikiran negatif
Leader baru sering merasa “harus tau semua jawaban” atau “harus jago semua hal”
Padahal tugas utama leader baru adalah mengelola dan memastikan tim kerja optimal. Konsekuensinya, bisa jadi anggota tim kita lebih punya kemampuan teknis untuk problem solving.
Dan tugas kita adalah mengarahkan dan mendukungnya untuk mencapai tujuan bersama tim. Bukan malah bersaing dan ingin merasa unggul dibandingkan dengan tim.
Ketika pikiran negatif atau mindset keliru muncul saat menduduki jabatan baru, lo bisa nyoba teknik reframe.
Teknik reframe bisa kita gunakan tiap kali kita meragukan kemampuan diri sendiri. Contohnya:
“Gue nggak tau ini → Gue bisa cari tau.”
“Gue takut salah → Gue belajar lewat proses ini.”
“Gue pemimpin baru dan harus jago → Gue lagi berproses jadi lebih baik.”
2. Kumpulkan “Bukti Prestasi” untuk melawan narasi negatif
Bikin satu dokumen berisi:
Feedback positif
Proyek yang berhasil
Momen lo berhasil bantu tim
Skill atau kekuatan yang sering dipuji orang
Kenapa ini penting? Karena otak cenderung fokus ke kekurangan kita. Evidence folder ini bisa jadi “data” buat melawan rasa ragu kita. Sehingga kita jadi lebih pede.
3. Debat pikiran negatif yang muncul
Ketika perasaan ragu atau pikiran negatif muncul, coba tanyakan 3 hal ini:
Apa pikiran negatif yang muncul?
Ada buktinya? Atau cuma asumsi?
Ganti dengan kalimat yang lebih realistis, bukan positif berlebihan.
Contoh:
“Gue nggak layak jadi leader.”
Apa pikiran negatif yang muncul?
“Gue pasti bakal gagal dan semua orang bakal nyadar kalau gue nggak capable.”
Ada buktinya? Atau cuma asumsi?
Belum ada bukti konkret. Selama ini kerjaan kelar, feedback juga nggak buruk. Rasanya ini cuma kekhawatiran yang gue bikin sendiri karena standar gue ke diri sendiri ketinggian.
Kalimat yang lebih realistis:
“Gue masih belajar, dan wajar kalau belum sempurna. Yang penting gue terus berprogress dan terbuka sama feedback.”
4. Cari support system yang tepat
Temukan 1–2 orang senior atau peers buat dijadiin tempat diskusi.
Tujuannya bukan minta validasi, tapi dapet perspektif tambahan.
Kalimat simple yang bisa lo pakai:
“Gue lagi adaptasi sama role baru. Boleh minta insight dari lo?”
Semua orang pernah jadi pemula, lo cuma lagi ngulang fase itu tapi di level yang lebih tinggi.
5. Buat rencana keberhasilan kecil selama 3 bulan
Tujuannya: bikin lo cepat ngerasa progress, bukan sempurna.
Contoh planning nya bisa kaya gini:
One-on-one dengan semua anggota tim
Memahami proses kerja tim
Deliver satu keputusan yang dianggap impactful
Kemenangan kecil ini bikin otak kita menangkap bukti bahwa kita kompeten sebagai leader. Bikin daftarnya setiap hari.
Semakin banyak bukti, semakin kecil suara imposter syndrome.
Buat gue, imposter syndrome itu bukan musuh. Dia cuma alarm kalo kita peduli dengan perubahan peran dan lagi masuk ke zona baru yang menantang.
Jadi yang penting bukan menghindarinya, tapi belajar mengelolanya, bukan malah terpengaruh sama suara-suara negatif itu.
Apa suara negatif atau keraguan yang lo rasakan ketika jadi leader baru?
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Buku SOLID Skills
Sudah ada 700+ orang yang membaca buku SOLID Skills. Di buku ini gue share fondasi kesuksesan karier di masa depan dunia kerja, yaitu dengan punya 5 skill paling utama.
Strategic Thinking
Operational Excellence
Learning Agility
Influential Communication
Digital Mindfulness
Kalo lo mau baca bukunya, silakan pesan di sini
Content of The Week
Linkedin - Alasan gue berani cabut dari company besar
Hidup untuk kerja atau kerja untuk hidup? Buat gue, karier yang bagus itu bukan yang paling “wah” di mata sosial, tapi yang paling selaras sama nilai, prioritas dan hidup yang kita mau.
X - Skill underrated tapi penting
Skill underrated tapi penting versi gue adalah kemampuan menghadapi kekecewaan. Gak banyak yang sadar, padahal diperlukan dalam menghadapi hidup.
Instagram - Cara mengatasi atasan yang sok tau
Atasan sok tahu? Jangan dilawan, tapi diedukasi. Ada cara elegan buat mengubah ide gila atasan jadi ide yang masuk akal. Tonton sampai habis!
Tiktok - Orang-orang yang jago problem solving
Banyak orang cuma fokus ke solusi instan. Padahal, rahasia problem solver sejati itu ada di bawah permukaan. Kuncinya pahami masalah dulu, fokus cari akar masalah, dan gak buru-buru loncat ke solusi.

