Rahasia Tim Tahan Banting: Bukan Strategi, Tapi Komposisi Tim |#134
Lo tipe yang mana?
Hi buddy
Kenapa beberapa tim bisa awet, sementara yang lain cepet bubar?
Jawabannya sering kali bukan di strategi keren atau tools canggih, tapi di komposisi orangnya.
Tim yang tangguh biasanya punya dua tipe pemain: Superstar & Rockstar.
Superstar: penggerak perubahan. Mereka haus tantangan, pengen cepat naik level, dan selalu dorong tim buat bergerak maju.
Rockstar: penjaga kestabilan. Mereka fokus eksekusi rapi, bikin sistem jalan mulus, dan memastikan tim nggak goyah.
Kalau tim isinya cuma Superstar, hasilnya inovatif tapi gampang berantakan; ide banyak, tapi eksekusi bisa keteteran.
Kalau cuma Rockstar, tim memang rapi dan aman, tapi gampang stagnan dan kalah cepat beradaptasi.
Jadi rahasia tim yang sukses bukan memilih salah satu, tapi menyatukan keduanya.
Superstar bikin tim melompat, Rockstar bikin pijakannya kokoh. Tanpa keseimbangan ini, tim bakal cepat goyah, entah karena terlalu ngebut atau terlalu main aman.
Nah di newsletter kali ini, gue mau bahas:
Bedanya karyawan superstar dan rockstar
Kenapa banyak perusahaan bias ke superstar?
Gimana leader atau perusahaan nge-treatment keduanya?
Gimana karyawan menyikapi posisinya?
Superstar & Rockstar
Superstar → ambisius, suka proyek besar, dorong inovasi, pengen naik level dan punya pengaruh lebih.
Rockstar → stabil, bisa dipercaya, pegang hal-hal “kurang seksi” tapi vital, bikin mesin organisasi tetap berputar tanpa drama.
Bayangin sepak bola: Superstar itu striker yang bikin gol. Rockstar itu gelandang bertahan yang jagain serangan biar aman. Tanpa kerja sama keduanya, tim sulit untuk menang.
Kenapa Banyak Perusahaan Bias ke Superstar?
Masalahnya banyak perusahaan atau leader lebih memuja tipe karyawan Superstar, yang ambisius, penuh ide, pengen cepat naik jabatan, dan terlihat “wow”.
Karena mereka paling kelihatan menonjol, sering dapat spotlight, promosi, atau proyek strategis.
Kenapa itu terjadi?
Karena mayoritas pemimpin sekarang juga dulunya superstar. Mereka relate sama energi besar & hasil yang cepat kelihatan.
Sementara kerjaan rockstar sifatnya silent impact, nggak selalu heboh di mata atasan, tapi nyelamatin tim dari masalah tiap hari.
Akibatnya, orang yang lebih stabil sering kesannya “jalan di tempat”, padahal mereka pondasinya.
Gimana Leader atau Perusahaan Menyikapi Superstar & Rockstar?
Buat Superstar:
Kasih ruang eksplorasi & inovasi, tantangan baru, akses ke proyek strategis.
Tapi juga sediain support biar nggak burnout, ambisi gede sering datang bareng ekspektasi yang berat.
Ajarin kolaborasi & kepemimpinan, biar mereka bukan cuma “pencetak gol”, tapi juga “penggerak tim”.
Buat Rockstar:
Akui kontribusi mereka secara langsung, jangan cuma dipuji pas ada masalah yang berhasil dihindarin.
Buka jalur karier yang jelas, bukan cuma promosi ke manajerial, tapi juga expert track atau posisi spesialis yang dihargai.
Kasih reward yang relevan: stabilitas, fleksibilitas, autonomy, atau pengakuan keahlian.
Intinya: jangan pakai satu metode buat semua orang. Tiap karyawan punya motivasi & cara berkembang yang beda.
Gimana Karyawan Nyikapin Posisinya Masing-masing?
Kalau lo Superstar:
Ambisi itu oke, tapi jangan sampe ngabisin energi lo sendiri. Belajar mendelegasi & bangun kredibilitas tim, bukan cuma nama pribadi.
Cari mentor yang bisa ngarahin supaya karier lo sustainable jangka panjang.
Jangan anti sama kerjaan “maintenance”. Ngerti sistem bikin lo pemimpin yang lebih matang.
Kalau lo Rockstar:
Jangan pura-pura jadi superstar kalo emang bukan gaya lo. Fokus aja di kekuatan lo, konsistensi, keahlian, dan bisa diandalkan.
Tunjukin dampak kerjaan lo pake data. Berapa banyak efisiensi, error yang lo tekan, sistem yang lo jaga biar tetap stabil.
Aktif minta pengakuan atau reward yang sesuai (jam kerja fleksibel, opsi remote, kenaikan gaji). Bukan ngejar-ngejar spotlight, tapi minta keadilan.
Terakhir, gue mau bilang nggak semua orang harus jadi superstar. Dunia kerja butuh keduanya, karyawan yang ngegas sekaligus yang menjaga ritme.
Nah lo lebih ke superstar atau rockstar? Dan apa tim lo udah menghargai dua-duanya?
PS: Kalo lo mau jadi karyawan yang naik kelas, jangan cuma fokus ke hard skill aja. Pelajari dan asah juga soft skill yang relevan di dunia kerja.
Gue bahas hal ini detail dengan framework dan langkah practical yang mudah diterapkan di buku gue, SOLID Skills.
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama saya, silakan pilih yang cocok sama kebutuhanmu.
Corporate Workshop Program
Sudah ada 60+ organisasi yang mengundang saya untuk memberikan pelatihan di organisasi mereka tentang leadership. Beberapa topik yang sering saya bawakan
Strategic Thinking
Building a High-Performing Team
Professional Communication
Silakan cek detailnya di sini
Self Paced Course
473+ orang yang udah belajar project management dan strategic thinking melalui kelas rekaman yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja.
FYI, beberapa peserta kami meminta kantor mereka mereimburse sehingga mereka bisa belajar secara gratis. Siapa tahu kantor kamu juga menawarkan benefit yang serupa.
Silakan cek detailnya di sini
Content of The Week
LinkedIn - 9 Tanda lo belum matang buat jadi leader
Jujur aja, banyak orang pengen jadi leader tapi lupa: title nggak otomatis bikin lo matang. Kalo masih punya 9 tanda ini, sebaiknya jangan pegang tim dulu.
X - Ikutan politik kantor bikin karier melejit?
Ada orang kerja 10 tahun tapi jalan di tempat. Ada juga yang dalam 3 tahun udah lompat level. Bedanya sering kali ada di cara mereka menjalin hubungan kerja.
Instagram - Networking buat orang yang sering awkward
Banyak orang salah paham kalau networking itu soal keliatan keren atau punya topik yang cerdas. Padahal, kuncinya lebih ke rasa penasaran yang tulus sama orang lain.
Tiktok - 5 Taktik “caper” di meeting biar dinilai punya kualitas leader
Meeting itu ajang caper paling murah. Tapi sayangnya sering dilewatkan. Kenapa? Karena di meeting lo bisa add value dan menunjukkan performa lo dengan cara yang mudah dan alami.