Hey buddy!
Pernah nggak lo mengalami situasi di mana lo pengen banget ngasih masukan di tempat kerja, tapi lo sungkan karena takut menyakiti perasaan orang lain?
Atau sebaliknya, lo udah sebel banget sama situasi tertentu, terus keluar deh kata-kata yang agresif dan malah bikin suasana jadi gak enak?
Kalau iya, lo nggak sendirian kok.
Kebanyakan orang terjebak di dua ekstrem ini: terlalu pasif sampai pendapat kita nggak pernah didengar, atau terlalu agresif sampai orang lain jadi defensif.
Masalahnya, kedua cara ini sama-sama bikin kita frustrasi. Pasif bikin kita gondok karena harus nahan opini terus-terusan. Agresif bikin hubungan kerja rusak.
Terus gimana dong?
Setelah 10 tahun berkarir dan ngobrol sama ratusan orang di berbagai organisasi, gue menemukan satu teknik komunikasi yang game-changer: Komunikasi Asertif.
Teknik ini yang biasanya gue ajarkan di workshop corporate gue, dan hasilnya luar biasa. Peserta jadi lebih percaya diri ngomong, sekaligus tetap menjaga hubungan baik sama tim.
Di newsletter kali ini, gue mau breakdown apa itu komunikasi asertif dan gimana cara praktekkannya di tempat kerja lo.
Kalau lo prefer nonton instead of baca, nonton video ini aja…
Buat lo yang prefer baca, let's dive in!
Komunikasi Asertif: Win-Win untuk Semua Orang
Sebelum masuk ke cara praktekkannya, penting banget lo paham dulu bedanya komunikasi asertif sama tipe komunikasi lainnya.
Bayangin lo baru selesai project campaign besar dan diminta kasih feedback.
Kalau lo pasif, lo bilang:
“Udah oke kok”, padahal dalam hati sebel karena ada banyak yang berantakan.
Kalau lo agresif, lo langsung serang:
“Campaign kemarin jelek banget! Kita bisa bikin jauh lebih bagus dari ini!”
Kalau lo pasif-agresif, lo menyindir:
“Ya jelas aja gak maksimal, orang tim kita political banget, budget juga dipotong.”
Tapi kalau lo asertif, lo bilang:
“Kita semua sadar ada beberapa hal yang bisa kita improve. Dari evaluasi, ada tiga hal yang bisa kita coba. Pertama, perjelas tujuan campaign dari awal. Kedua, alokasikan PIC yang jelas. Ketiga, negosiasikan budget kalau memang dibutuhkan. Kalau ada masukan lain, langsung share ya.”
Ngeliat bedanya?
Dengan komunikasi asertif, lo tetap bisa sampaikan pendapat tanpa berniat menyakiti perasaan orang lain. Dan yang paling penting: lo bisa berkontribusi untuk perbaikan tim.
3 Cara Melatih Komunikasi Asertif di Tempat Kerja
1. Mulai dengan Mindset Win-Win
Sebelum lo buka mulut, inget: komunikasi asertif ini bukan cuma tentang lo atau cuma tentang mereka. Ini tentang kebaikan bersama.
Dari sudut pandang lo, ini kesempatan untuk berkontribusi dan melatih skill komunikasi. Skill yang bakal lo butuhin banget kalau posisi lo makin tinggi.
Dari sudut pandang organisasi, masukan lo bisa bantu tim jadi lebih baik.
Jadi buang jauh-jauh mindset “Ah percuma ngomong juga” atau “Gue harus menang nih”. Ganti dengan “Gimana caranya kita semua bisa menang dari situasi ini?”
2. Observasi Situasi dan Pilih Timing yang Tepat
Komunikasi asertif itu kayak ngasih kado. Lo harus pastiin orang yang nerima emang siap dan bisa menghargai kado tersebut.
Kalau lo di organisasi yang toxic banget, di mana speaking up malah bikin lo jadi target, ya jangan maksain. Atau kalau lo kerja sama orang yang super defensif dan gak mau dikasih masukan, save your energy.
Observasi dulu: Apakah budaya organisasi lo mendukung komunikasi terbuka? Apakah timing-nya tepat? Apakah orang yang lo ajak bicara lagi dalam kondisi bisa mendengarkan?
3. Sampaikan dengan Singkat, Padat, dan Data-Driven
Ini formulanya: siapin 3 poin kunci yang ingin lo sampaikan. Gunakan bahasa yang nggak menyalahkan atau menuduh. Dan paling penting: back up dengan data.
Contoh, daripada bilang:
“Lo selalu telat submit laporan!”, lebih baik
“Gue notice 3 deadline terakhir mundur 2-3 hari. Ini bikin workflow tim terganggu. Gimana kalau kita cek ulang cara atur prioritas?”
Setelah lo sampaikan pendapat, buka kesempatan buat orang lain ngasih masukan. Siapa tau ada perspektif yang lo miss.
Dan yang paling penting: practice makes perfect. Mulai dari hal kecil di kehidupan personal lo. Kalau diajak makan Jepang tapi lo pengen Korea, coba latihan asertif:
“Gue lagi pengen Korea sih, tapi kalau lo semua prefer Jepang, gue ngikut aja.”
Low risk, tapi bisa bantu lo terbiasa.
Let’s Recap
Komunikasi asertif adalah kemampuan menyampaikan pendapat sambil tetap menghargai orang lain. Beda sama pasif yang bikin lo frustrasi, atau agresif yang bikin hubungan rusak.
Tiga langkah untuk praktekkan:
Mulai dengan mindset win-win
Observasi situasi dan pilih timing yang tepat
Sampaikan dengan singkat, padat, data-driven
Sebagai next step, coba identifikasi satu situasi di tempat kerja lo minggu ini di mana lo bisa praktekin komunikasi asertif. Start small, dan minta feedback dari orang yang lo percaya.
Best of luck!
Tertarik buat belajar lebih lanjut sama gue?
Ada dua alternatif yang lo punya
Corporate Training Program
Gue udah deliver leadership dan communication training buat manager di 60+ perusahaan seperti BRI, GoTo, Paragon, dan Pertamina.
Kalau lo merasa konten ini bermanfaat, lo bisa explore undang gue buat ngisi di kantor lo.
Buku SOLID Skills
Di buku ini gue share fondasi kesuksesan karier di masa depan dunia kerja melalui 5 skill paling utama yaitu: Strategic Thinking, Operational Excellence, Learning Agility, Influential Communication, dan Digital Mindfulness.

